Apakah anda masih bernapas hari ini?. Ya, pastinya masih bernapas karena masih hidup dan kini sedang membaca tulisan ini. Bernapas memang merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang artinya menghirup dan menghembuskan napas. Pengertian pernapasan adalah proses pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan internal tubuh, terutama dengan memasukkan oksigen dan membuang karbondioksida.
via pixabay |
Pada umumnya, manusia melakukan pernapasan antara 15-18 kali (inspirasi-ekspirasi) setiap menitnya. Namun tahukah anda bahwa frekuensi pernapasan setiap orang bisa berbeda antara satu dengan lainnya. Cepat atau lambatnya manusia bernapas bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Apa sajakah faktor-faktor tersebut?, berikut ini beberapa uraian singkatnya:
1. Umur
Makin bertambah umur seseorang, umumnya irama pernapasannya semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan makin berkurangnya kebutuhan energi. Usia balita sampai remaja merupakan masa pertumbuhan fisik yang sangat membutuhkan banyak energi, yang berarti laju metabolisme dalam tubuh juga akan lebih cepat, sehingga membutuhkan banyak oksigen dan juga mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya, irama pernapasan laki-laki biasanya lebih cepat daripada perempuan, karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak dan bekerja lebih keras daripada kaum perempuan. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan energi, sehingga membutuhkan banyak oksigen untuk meningkatkan laju metabolisme tubuh.
3. Suhu Tubuh
Manusia termasuk jenis makhluk hidup yang bersifat homoioterm, yang berarti suhu tubuhnya relatif konstan, yaitu sekitar 36-37°C. Suhu tubuh konstan karena manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan cara meningkatkan laju metabolisme tubuh. Semakin rendah suhu, akan semakin cepat pernapasan. Sebaliknya semakin tinggi suhu semakin lambat pernapasan. Akan tetapi hal yang demikian tidak berlangsung secara linier. Apabila suhu tubuh terus meningkat, pada suhu tertentu laju irama pernapasan akan semakin cepat. Misalnya saat tubuh demam.
4. Posisi tubuh
Posisi tubuh menentukan banyaknya otot dan organ tubuh yang bekerja. Hal ini berarti menentukan kebutuhan energi untuk mendukungnya. Sebagai contoh pada saat berdiri otot-otot kaki banyak yang berkontraksi, juga otot-otot tubuh yang ikut menjaga agar posisi tubuh tegak berdiri ikut berkontraksi. Di samping itu, agar tubuh dapat berdiri, maka organ dan pusat saraf keseimbangan bekerja untuk mengendalikan posisi tubuh. Oleh karena itu irama pernapasan pada posisi berdiri lebih cepat daripada orang yang duduk atau orang yang berbaring.
5. Kegiatan atau Aktivitas Tubuh
Semakin banyak organ tubuh yang bekerja dan semakin berat kerja organ tersebut, semakin tinggi kebutuhan energi yang diperlukan, sehingga laju metabolisme dan irama pernapasan semakin cepat.
Irama pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang ada di medula oblongata, yang mengolah impuls saraf dari reseptor dalam pembuluh darah. Reseptor ini sangat peka terhadap kadar CO2 di dalam darah. Jika seseorang ditutup mulut dan lubang hidungnya, maka tidak lama kemudian orang itu akan mengalami hiperventilasi (kenaikan frekuensi pernapasan). Respons ini merupakan perintah dari medula oblongata. Pada saat lubang pernapasan ditutup, proses pengeluaran CO2 keluar tubuh akan terganggu sehingga CO2 dalam darah meningkat.
Peningkatan kadar CO2 merangsang reseptor-reseptor yang ada di dalam pembuluh darah. Impuls dari pembuluh darah yang sampai ke medula oblongata mengakibatkan medula oblongata memerintahkan kontraksi otot-otot pernapasan sehingga orang tersebut mengalami hiperventilasi. Selain daripada itu, hiperventilasi juga dapat terjadi akibat dari beberapa penyakit tertentu atau karena tekanan emosional, termasuk panik, ketakutan, atau kecemasan.
Memang sungguh besar nikmat Tuhan yang satu ini, meskipun kadang kita tidak menyadarinya. Berapa kalipun frekuensi kita menghirup dan menghembuskan napas selama hidup, nyatanya Tuhan tidak pernah menetapkan tarif bagi kita untuk membayarnya. Bayangkan jika kita harus membayarnya, sebagaimana mereka yang terbaring lemah di rumah sakit sana, tentu kita tidak akan mampu untuk melakukannya. Selagi hayat masih di kandung badan, mari kita syukuri nikmatnya bernapas.
Posting Komentar